Rendang Paku adalah salah satu masakan tradisi Kabupaten Dhamasraya yang sudah diwarisi dari Nenek moyang dulu, Bahan baku pembuatan Rendang Paku ini banyak ditemukan di Dhamasraya yaitu ikan dan paku (pakis). Ikan sangat mudah didapatkan di Dhamasraya karena berada dipinggir sungai batang hari, sedangkan paku (pakis) banyaktumbuh di pinggir sungai batang hari, hal ini yang melatarbelakangi nenek moyang kami di Dhamasraya senang membuat Rendang Paku, disamping bahan bakunya mudah mendapatkannya juga enakrasanya dan tahan lama. Saat ini pemasaran Rendang Paku tersebut sangat diminati oleh masyarakat sehingga setiap rumah yang mempunyai usaha RendangPaku tersebut dapat menjual hingga 50kg perminggu, namun pada musim haji dan lebaran Idul Fitri permintaan ini meningkat tajam, karena daya tahan Rendang Paku ini bias mencapai 2 bulan, sehingga sangat cocok untuk persiapan pergi menunaikan Ibadah Haji.

Proses pembuatan randang paku ini cukup memakan waktu dan membutuhkan bahan-bahan seperti santan, cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, dan serai yang dihaluskan. Kemudian daun salam, daun kunyit, daun ruku-ruku dan daun jeruk. Waktu yang dibutuhkan untuk memasak randang paku sekitar 6 (enam) jam tergantung pada jumlah porsi yang akan dimasak. Dalam proses pembuatan randang paku kita harus sabar karena memakan waktu yang cukup panjang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Semua bahan pendukungnya serta proses pembuatan pada dasarnya sama dengan proses pembuatan randang di Padang pada umumnya. Randang paku ini dimasak hingga kering dan berwarna kekuningan. Semua proses memasak masih menggunakan tungku dan kayu bakar. Hal ini dilakukan agar randang paku dapat bertahan lama dan memiliki cita rasa yang khas sebagai salah satu makanan tradisional di Dharmasraya.

Randang Paku diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dan saat ini sedang menunggu sidang penetapannya.